Bagai menegakkan benang basah
Peribahasa ini berarti melakukan suatu pekerjaan yang mustahil terjadi. Atau melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui dari awal tidak akan berhasil
Bagai menegakkan benang basah
Peribahasa ini berarti melakukan suatu pekerjaan yang mustahil terjadi. Atau melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui dari awal tidak akan berhasil
Mulutmu harimaumu
Peribahasa ini memiliki arti bahwa hendaknya kita memikirkan segala perkataan yang akan diucapkan karena kata yang telanjur terucap dapat merugikan diri sendiri.
Bagai air di daun talas
Peribahasa ini menggambarkan ketidakcocokan antara dua orang seperti air yang ditaruh di atas daun talas. Selain itu, peribahasa ini dapat berarti orang yang tidak punya pendirian/keteguhan hati.
Belajar ke yang pintar, berguru ke yang pandai
Peribahasa itu hendak mengingatkan kepada kita bahwa orang pintar dan orang pandai dapat dijadikan sebagai tempat belajar dan berguru. Mereka itu merupakan orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat disebarkan kepada orang lain. Dengan demikian, orang yang belajar dan berguru kepadanya akan bertambah ilmu pengetahuannya dan pengalamannya.
Peribahasa itu memberi makna bahwa kita jika akan menuntut ilmu kepada orang yang tepat, yaitu orang yang berilmu pengetahuan dan orang yang mempunyai pengalaman.
Kalah jadi abu, menang jadi arang
Abu adalah sisa yang tinggal setelah suatu barang mengalami pembakaran. Arang adalah serbuk hitam bekas kayu yang terbakar. Jadi, baik abu maupun arang merupakan barang yang terjadi karena pembakaran. Biasanya sesuatu yang kita masak menjadi abu atau arang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Hal itu berarti kita mengalami kerugian. Jadi, abu dan arang itu mengiaskan kerugian. Kalah dan menang merupakan hasil pekerjaan dari dua orang yang mengadakan pertandingan atau perlombaan. Namun, dalam peribahasa itu kalah dan menang terbatas pada dua orang yang bertengkar atau berkelahi.
Peribahasa itu menasihati kita agar jangan bertengkar atau berkelahi karena yang kalah dan menang sama-sama akan menderita kerugian.
Lempar batu, sembunyi tangan
Sesuatu yang dilemparkan pasti ada seseorang yang melakukan lemparan. Namun, ada juga yang melakukan lemparan, kemudian orang itu bersembunyi sehingga tidak diketahui siapa pelemparnya. Artinya, orang itu tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Orang seperti itu digolongkan sebagai pengecut, yaitu berani berbuat, tetapi takut bertanggung jawab atas perbuatanya. Jadi, peribahasa itu mempunyai arti berani berbuat, tetapi takut bertanggung jawab.
Berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah
Dalam peribahasa itu, berjalan dan berkata diumpamakan dengan perbuatan dan perkataan kita. Dalam melakukan pekerjaan hendaklah setiap orang berhati-hati agar terhindar dari kesalahan. Baik kecil maupun besar, kesalahan yang kita lakukan akan merugikan diri sendiri. Kita juga harus menjaga perkataan kita agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Orang yang halus tutur katanya akan disenangi dalam pergaulan. Jadi, peribahasa tersebut mempunyai makna yang bersifat mengingatkan kita, yaitu hendaknya kita selalu berhati-hati dengan semua perbuatan kita.
Copyright 2009 - Chaleedarifa
Blogspot Theme designed by: Ray Creations, Ray Hosting.